Monday 1 December 2008

WAYANG GOLEK

WAYANG GOLEK adalah sebuah bentukan wayang tradisional seni Sunda, Jawa Barat. Tidak seperti wayang kulit yang biasa ditemui di daerah Jawa lainnya dan Bali, wayang ini terbuat dari kayu, sebuah objek tiga dimensi dan tidak menggunakan layar. Digunakan batang pohon pisang untuk tempat berdirinya wayang-wayang, di mana di belakangnya duduk seorang dalang yang ditemani sekelompok penabuh gamelan (nayaga) di mana jumlahnya bisa mencapai 20 orang. Para nayaga itu dikomandoi oleh dalang dengan memberikan tanda-tanda ketukan (kecrek) sesuai dengan keadaan cerita yang sedang berlangsung.

Biasanya pertunjukkan wayang golek memakan waktu selama 6 jam pada malam hari, disaksikan para penonton dari segala kalangan. Awal mulanya pertunjukkan wayang digelar untuk acara syukuran, berterima kasih atau memohon perlindungan atas panen atau dari gangguan hal-hal jahat. Namun sekarang digelar pada acara khitanan atau pernikahan atau bahkan acara ulang tahun perusahaan atau instansi. Pertunjukkan wayang golek menjadi acara sosial seperti sebuah bazaar di mana di sekitar tempat acara selalu dipenuhi oleh para pedagang makanan atau aksesoris maupun alat-alat rumah tangga, dan para penonton bisa datang dan pergi sesukanya, melihat atau mendengar dari berbagai arah sudut pandang. Mereka menikmati adegan bodoran atau lawakan, di mana sering dipertontonkan aksi-aksi gila dan sindiran-sindiran yang diperagakan dalang.

Ada yang menyebutkan bahwa wayang berasal dari India. Hal ini tidak begitu benar, karena wayang itu adalah kebudayaan asli Indonesia (Jawa). Wayang, berasal dari kata Wa dan Hyang yang artinya nenek moyang. Namun ada juga yang menganalisa bahwa kata wayang berasal dari kata bayang. Cerita-ceritanya mengambil dari buku-buku agama Hindu, yakni dari Ramayana dan Mahabrata. Meskipun mengambil dari buku-buku tersebut, namun oleh para seniman Sunda sebagian dikurangi dan ditambah, supaya selaras dengan kebudayaan Indonesia (Islam). Dikarenakan adanya perubahan tersebut tentu akan menyimpang dari cerita asalnya.

Enam jam pertunjukkan wayang golek tidak menceritakan keseluruhan cerita. Bahkan dalam satu pertunjukkan terkadang diambil hanya sebagian kecil dari keseluruhan cerita dan terdapat banyak cerita di dalam cerita. Terkadang dibuat cerita-cerita baru (sempalan), tetapi tetap pada jalur karakter aslinya (pakem). Setelah cerita baru itu dipertontonkan selama beberapa tahun, terkadang menjadi bagian dari cerita asli di mana dalang-dalang yang lainnya juga mempertontonkan cerita tersebut. Alur cerita wayang golek seperti pohon dimana selanjutnya banyak cabang-cabang cerita dari alur cerita keseluruhan sesungguhnya.

Di Indonesia banyak masyarakat mengenal beberapa tipe karakter wayang dengan melihat dari ukuran, warna, bentuk mata dan hidungnya, dan cara dia berjalan, bicara, menyanyi, menari dan berkelahi. Sebuah bentuk karya seni yang tinggi dan terus tumbuh berkembang dengan pesat, menampilkan simbol filosofi di dalamnya untuk semua kalangan, kaya dan miskin, politisi, artis dan lain sebagainya.

Sumber : wayanggolek.net

No comments: